Hallo
Enjoy this fanfict yaa
Dilarang re-post
Hargai author yang membuat fanfict ini
Author : Permata
Genre : Angst
Cast : Minho 'SHINee'
Jieun 'SECRET'
1 Komentar Sangatlah berarti.
Mari tinggalkan jejak
Enjoy this fanfict yaa
Dilarang re-post
Hargai author yang membuat fanfict ini
Author : Permata
Genre : Angst
Cast : Minho 'SHINee'
Jieun 'SECRET'
1 Komentar Sangatlah berarti.
Mari tinggalkan jejak
Kedewasaan..
Inilah yang membuatku kehilangan segalanya
Segalanya yang teramat penting bagi hidupku
Mungkin kedewasaan itu hanyalah keinginan ku semata
Karena,seperti yang terlihat,diriku yang sesungguhnya hanyalah manusia rapuh
Bukan hanya jiwa namun juga raga ku
Rapuh
Ya,rapuh
Kedewasaan ini hanyalah untuk menutupi segala kerapuhan dalam diriku
Peristiwa ini..membuat Jieun begitu terluka. Ketika Appa dan Eomma nya secara bersamaan menyeret sebuah koper. Melangkah menjahui Jieun dengan langkah yang begitu tergesa gesa. Jieun mengetahui bahwa kedua orang tua nya sedang di kejar waktu. Penerbangan pesawat satu jam lagi,itulah alasan mengapa kedua orang tua nya nampak begitu tergesa gesa. "Appa dan Omma berangkat,Ne?Kau jaga diri lah" ucap Sang appa sembari mengelus lembut rambut putri semata wayang nya itu. "Ne.Berhati hatilah Appa.Semoga selamat sampai tujuan" ucap Jieun sembari tersenyum.
Entah apakah senyuman itu terlihat memaksakan atau tidak,yang jelas Jieun sudah memberikan senyuman nya agar kedua orang tuanya tidak merasa terbebani olehnya. Itulah Jieun,yang selalu melihatkan sisi kuat dan dewasa nya. Namun sesungguh nya hati terluka. Luka yang di rasakan seorang anak ketika di tinggal pergi oleh kedua orang tua nya.
***
Dua bulan telah berlalu semenjak kepergian orang tua Jieun. Kesunyian dalam rumah nya ini sudah membuatnya mulai terbiasa. Hawa yang begitu panas ini membuatnya tepaksa menyalakan sebuah AC yang terpasang di dalam kamarnya. Ia sesungguhnya telah mengetahui,menyalakan sebuah AC adalah pantangan untuk nya. Dan benar,lagi-lagi dada nya terasa sakit. Sakit yang begitu nyeri seakan seluruh tubuhnya ikut merasakan sakit. Segera ia dengan langkah kaki yang begitu berat megambil obat nya . Tangan nya begitu gemetar mengambil botol plastik di meja yang berisikan obat itu. Dengan susah payah ia mengeluarkan satu butir pil dari dalam botol plastik itu. Di masukkan nya pil itu dalam mulutnya. Setelah beberapa saat Jieun merasa rasa nyeri di dada nya mulai menghilang. Kaki nya masih begitu lemas. Di matikan nya AC nya. Ia tak mau membunuh dirinya sendiri. Karena AC adalah pantangan bagi nya.
Sore hari yang di iringi dengan warna langit yang begitu indah. Jieun memaksakan dirinya berjalan jalan di sebuah taman yang tak jauh dari rumah nya. Ia merapatkan jaketnya dalam tubuhnya agar meminimalkan angin yang masuk dalam tubuh nya. Di lihatnya suasana yang ramai. Ya,ramai. Bahkan sangat ramai. Sangat kontras dengan hati nya yang selalu merasa sunyi. Angin sore terus menerobos jaket nya hingga memasuki tubuhnya. Di rasakan nya nyeri kembali menyerang dada nya. "Ya Tuhan,kenapa kau tak mengijinkan aku berjalan-jalan sebentar" ucap Jieun lirih sembari memegangi dada nya dan mencari tempat singgah dalam taman itu.
Di sisi lain dalam taman itu nampak seorang pria bermata bulat begitu asik menikmati ice cream yang ia beli. Mata pria itu tertuju pada seorang gadis yang nampak duduk di sebuah bangku. Gadis itu nampak sedang merintih kesakitan. Kulit gadis itu mengeluarkan begitu banyak keringat dan wajahnya begitu pucat. Di hampiri nya gadis itu. "Nona,kau baik baik saja?" tanya pria itu. Gadis itu tak memberi jawaban. Ia terus merintih kesakitan. Keringatnya begitu deras bercucuran. Pria itu nampak panik. "Nona,kau sakit?". Gadis itu memaksakan diri mengangkat tangan nya yang sudah begitu lemas. Di tunjuk nya tas nya yang terjatuh di bawah bangku nya. Pria itu melihat ke arah yang di tunjuk oleh tangan gadis itu. Di ambilkan nya tas milik gadis itu. "Ini tas mu nona. Ada yang bisa ku bantu?" tanya pria itu. "O..b..obat" ucap gadis itu. Suaranya begitu parau. Sangat lirih hampir tak terdengar. Segera pria itu membuka tas milik gadis itu dan cari nya sebuah obat di dalam nya. "Ah ini" ucap pria itu dan segera di suapkan kan sebuah pil untuk gadis itu.
Setelah beberapa saat gadis itu nampak sedikit tenang. Rintihan nya tak terdengar lagi di iringi dengan keringat nya yang nampak mulai mengering. Nafas nya tak terdengar berat lagi. "Gomawo" ucap gadis itu dengan lembut. Pria itu duduk di sebelah gadis itu. "Minho" ucap pria itu sembari mengulurkan tangan nya. "Jieun" ucap gadis itu sembari membalas uluran tangan pria yang bernama Minho itu.
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu nona Jieun?Wajah mu nampak begitu pucat.Kau sakit?" tanya Minho pada Jieun. "Aku..aku baik-baik saja" jawab Jieun lirih. "Kau yakin?". Belum sempat Jieun menjawab,sesak di dada nya muncul kembali. Jieun pun tiba-tiba batuk sembari bergegas mengambil tisu dalam tas nya. Batuk nya begitu parah dan tak ada henti-henti nya. Minho begitu panik mencari sosok penjual air mineral agar Jieun bisa segera meminum air putih. Mungkin air putih bisa membuat batuk Jieun berkurang.
Jieun terduduk lemah sendirian di bangku taman itu. Minho masih membelikan nya minuman. Di pandang nya tisu yang ia pakai menutupi bibir nya. Noda merah menghiasi tisu itu. "Untung pria itu tak melihat aku memuntahkan darah" ucap Jieun lirih. Di bersihkannya bibir nya agar darah di bibir nya segera hilang. Minho pun menghampiri Jieun. "Ini air untuk mu nona" ucap Minho sembari memberikan sebotol air mineral pada Jieun. "Maaf,aku tak bisa meminum air itu. Kadar mineral yang terlalu tinggi itu tak bisa di terima oleh tubuhku" ucap Jieun. "Oh begitu. Sebenarnya apa yang terjadi padamu nona?Kau mengalami sakit apa?" Tanya Minho yang nampak mulai khawatir. "Aku..aku sudah bilang bukan kalau aku baik-baik saja. Dan panggil aku Jieun saja.Tak perlu memanggilku nona" ucap Jieun sembari pergi meninggalkan Minho.
'Gadis itu..apa yang terjadi padanya?Mengapa ia begitu keras kepala?Fisiknya terlihat lemah sekali,wajahnya begitu pucat namun mengapa ia bersi keras mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja?' begitu banyak tanya dalam hati Minho.
Jieun hanya tak ingin menyusahkan orang lain. Dirinya ingin di pandang sebagai sosok yang kuat dan dewasa. Penyakit yang di derita nya selama kurang lebih 2th ini ia simpan sendiri bahkan kedua orang tua nya tak pernah mengetahui bahwa putri semata wayang nya ini telah mengidap penyakit yang serius. Selama 2th Jieun menyembunyikan rasa sakit yang di derita nya. Selama itu pula ia berpura-pura untuk tetap tersenyum.
***
Semenjak pertemuan nya dengan Jieun,pikiran Minho sering merasa tak tenang. Ia selalu memikirkan apa yang terjadi pada Jieun. Entahlah,Minho pun tak mengerti. Gadis cantik bernama Jieun itu telah memenuhi pikiran nya. Bahkan setiap hari Minho pergi ke taman itu berharap dapat bertemu kembali dengan Jieun.
Minho sedang asik memainkan sebuah bola di taman. Namun tak sengaja mata nya tertuju pada gadis yang ingin sekali ia temui. Gadis yang beberapa hari ini telah berhasil memenuhi pikiran nya. Hingga bola di kaki Minho menggelinding begitu saja. Pikiran Minho sudah tidak tertuju pada bola itu. Segera di hampirinya gadis itu.
"Nona Jieun..eh..maksudku,Jieun" sapa Minho. "Kau?" Jieun mengernyitkan dahi nya. Bingung mengapa ia bisa bertemu kembali dengan pria itu. Minho yang melihat sebuah kertas di tangan Jieun pun merasa penasaran kertas apa yang sedang di baca oleh Jieun. "Kertas apa itu?" tanya Minho. Jieun menatap kembali jemari tangan nya. Di coba nya untuk menyembunyikan kertas itu. Namun sialnya,Minho berhasil meraih kertas itu sebelum Jieun menyembunyikan nya.Di kertas itu tertulis sebuah nama-nama obat yang harus di tebus oleh Jieun.
"Apa kau masih akan berkata kalau kau baik-baik saja?Jelas-jelas kau harus menebus obat-obat ini" ucap Minho.
"Aku baik-baik saja atau tidak,itu tidak ada hubungan nya dengan mu.Berhentilah mencampuri urusan ku" ucap Jieun.
Tanpa menanggapi ucapan Jieun,segera Minho menarik tangan Jieun dan membawanya menuju mobilnya yang ia parkir di sekitar taman itu. Jieun terus berusaha melepaskan tarikan tangan Minho namun ia gagal. Tenaga Minho jauh lebih besar darinya. "Mau apa kau?" ucap Jieun ketika sudah berada di dalam mobil milik Minho. "Aku akan mengantarmu ke apotek yang tertulis dalam resep itu" ucap Minho. "Aku bisa menebus obat itu sendiri". Ucapan Jieun tak di tanggapi oleh Minho. Segera di nyalakan nya mesin mobilnya untuk menuju ke apotek.
Selang beberapa menit,mereka pun sampai pada sebuah apotek. Apotek yang tertulis pada resep obat milik Jieun. "Kau tunggulah di sini.Aku yang akan menebus obatnya". "Kau pikir aku selemah apa,hah?Berjalan masuk ke apotek itu kau pikir aku tak mampu?Aku baik-baik saja. Berikan resep itu padaku biar aku menebusnya sendiri" ucap Jieun protes. "Kau tau cuaca sudah mulai gelap?Coba lihat jam di hp mu,ini sudah jam berapa,hah?Kau mau terkena udara luar dan sakit mu kambuh?" ucap Minho.Jieun hanya mendengus pasrah.
"Permisi,bisa kah aku menebus obat-obat ini?" ucap Minho pada seorang penjaga apotek sembari memberikan kertas resep obat milik Jieun . "Tentu,tunggu sebentar" penjaga itu pun terlihat masuk ke dalam ruangan sepertinya akan mengambilkan obat-obat yang di butuhkan. Sekitar beberapa menit,penjaga apotek itu membawakan obat-obat itu pada Minho. "Sebenarnya,ini obat untuk penyakit apa?" tanya Minho pada penjaga apotek itu. Minho di penuhi dengan rasa penasaran nya.
Sebenarnya Jieun mengidap penyakit apa? Akankah sebuah penyakit serius? Bagaimana kisah cinta antara Minho dan Jieun selanjutnya?
-Bersambung-